Hustle Culture Demi Eksistensi atau Sekedar Ikut Tren?

 

CREWPERS MEDIA | HUSTLE CULTURE

crewpers.online - Kali ini, aku mau ngebahas tentang satu fenomena yang lagi hot banget di kalangan Gen Z yaitu Hustle Culture. Kamu pasti pernah denger dong istilah ini? Ya, budaya kerja keras yang nggak kenal waktu demi mencapai kesuksesan. Tapi, kenapa sih Gen Z begitu terobsesi dengan hustle culture? Yuk, kita bahas lebih dalam!

Jadi, hustle culture ini sebenernya bukan hal baru. Dari zaman dulu, orang udah diajarin kalau mau sukses ya harus kerja keras. Tapi, di era sekarang, hustle culture berubah jadi semacam gaya hidup. Nggak cuma kerja keras, tapi juga harus kelihatan sibuk dan produktif terus. Sosial media kayak TikTok dan Instagram juga berperan besar nih dalam memperkuat budaya ini. Kamu pasti sering lihat kan konten-konten orang yang pamer aktivitas sehari-hari mereka yang super sibuk? Itu tuh bikin banyak orang ngerasa harus ikutan hustle biar nggak ketinggalan zaman.

Ngomong-ngomong soal hustle, kamu tau nggak sih kasus magang di Jerman yang sempat ramai? Jadi, ada ribuan mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia yang jadi korban penipuan magang oleh dua perusahaan. Mereka dijanjiin pengalaman kerja di Jerman, dapet CSR dari kampus, dan bisa konversi SKS. Sounds too good to be true, right? Ya, ternyata emang beneran hoax. Banyak dari mereka yang dipaksa kerja lebih dari 12 jam sehari tanpa kontrak yang jelas dan nggak ngerti bahasa Jerman. Gaji mereka juga dipotong untuk biaya akomodasi dan izin kerja. Bener-bener scam!

Fenomena ini nggak lepas dari kebijakan Kampus Merdeka yang dibuat untuk ngebiarin mahasiswa magang buat dapet pengalaman kerja nyata. Ide dasarnya sih bagus, biar mahasiswa siap terjun ke dunia kerja. Tapi kenyataannya, hal ini malah memperkuat hustle culture. Mahasiswa jadi ngerasa harus punya banyak pengalaman kerja sebelum lulus biar bisa bersaing di pasar kerja yang semakin ketat.

Media sosial makin memperkuat hustle culture ini. Dengan mudahnya akses informasi, orang jadi gampang banget bandingin diri mereka sama orang lain. Lihat orang lain sukses dengan hustle-nya, bikin kita ngerasa harus lebih keras lagi bekerja. Padahal, nggak semua yang kita lihat di media sosial itu nyata. Banyak juga yang cuma pamer biar kelihatan keren.

Ada juga survei dari Deloitte yang bilang kalo biaya hidup yang tinggi dan ketidakpastian ekonomi bikin Gen Z jadi generasi yang paling sering hidup dari paycheck ke paycheck. Mereka khawatir nggak bisa nabung buat masa depan, bahkan buat pensiun dengan nyaman. Ini yang bikin banyak dari mereka ngambil kerjaan sampingan atau magang lebih dari satu tempat.

Salah satu solusi buat mengatasi tekanan dari hustle culture ini adalah dengan meningkatkan core intelligence kita. Kamu perlu tau skill apa aja yang dibutuhkan buat pekerjaan impian kamu dan gimana cara mendapatkannya. Ini nggak selalu harus lewat magang, kamu bisa belajar sendiri lewat internet. Banyak banget resources gratis yang bisa kamu manfaatin. Jadi, nggak cuma kerja keras, tapi juga kerja pintar.

Tapi, hustle culture ini nggak selamanya buruk kok. Ada juga sisi positifnya, seperti meningkatkan produktivitas dan skill kita. Yang penting adalah gimana kita balance antara kerja keras dan kehidupan pribadi. Jangan sampai kita kerja keras tapi malah kehilangan kesehatan fisik dan mental kita.

Jadi, Gen Z, mari kita bijak dalam menghadapi hustle culture. Kerja keras itu penting, tapi jangan lupa juga untuk menikmati hidup dan menjaga kesehatan. Ingat, sukses itu bukan cuma soal kerja keras, tapi juga soal kerja pintar dan menjaga keseimbangan hidup.

Stay hustling, but also stay healthy, guys!



Penulis : Fitra Raamadhani
Editor : Farhan, Ghenan, Putri

Previous Post Next Post