crewpers.online - Baru-baru ini, sebuah postingan di salah satu social media menuai kontroversi bagi sebagian masyarakat, terkhusus buat mahasiswa. Postingan ini viral hingga menjadi trend dimana segelintir orang mempertanyakan nilai dari pendidikan tinggi, bahkan menyebut kalau kuliah adalah “menganggur dengan gaya”. Tetapi, apakah benar begitu?
Topik
kaya gini udah lama banget menghiasi ruang-ruang diskusi semua orang. Bahkan
pertanyaan ini juga sering dipertanyakan anak-anak SMA yang mau milih jalan
hidupnya. Mau kuliah dulu atau kerja dulu? Better mana? Kuliah atau nggak
kuliah sering banget jadi perdebatan, ada yang percaya kalau kuliah itu penting
buat dapetin kerja dan bisa hasilin uang.
Tapi,
disisi lain ada yang berpendapat kalo kuliah itu biayanya tinggi makanya bekerja
menjadi prioritas biar bisa ngejar cita-cita setelah punya stabilitas finansial.
Pembahasan ini ga bakalan ada habisnya dan cuma bisa di akhiri pake kalimat
“tergantung kebutuhan dan kemampuan”.
Pertanyaannya,
seberapa berharga sih perndidikan tinggi itu sebenarnya? Jawabannya gak bisa
sesederharna pilihan antara “kuliah” atau “tidak kuliah”. Memang benar kalo
kuliah itu butuh banget investasi uang dan waktu dan itu crucial banget. Namun,
pandangan bahwa kuliah adalah sekedar pemborosan waktu dan uang sebenarnya
salah besar. Ada nilai yang lebih dari sekedar pertimbangan 2 faktor tersebut.
Sekarang, ayo kita lihat dulu case satu ini, dimana saya membaca perdebatan
menarik di platform X.
Gimana?
Sampai disini ada yang bisa di simpulkan? Saya awalnya mengira ini hanya
sekedar sarkas belaka, tapi semakin di telik perdebatannya menunjukkan kalau
pro dan kontra tentang fungsi kuliah ini membuat saya sadar akan sesuatu.
Pentingnya kuliah bukan hanya untuk mendapat gelar atau meraih suatu profesi. Ini
adalah ajang dimana kita memulai investasi jangka panjang yang tujuannya untuk
pengembangan personality dan skill.
Dalam
perdebatan disana, saya lihat oknum kontra seperti menggampangkan sesuatu untuk
menuntut ilmu. Emang sih, semua di dunia ini bisa kita pelajari entah itu
secara otodidak atau perlu ada bimbingan seperti course atau tutorial. Tapi,
apa bisa profesi yang concern nya sangat tinggi seperti dokter bisa kita
pelajari melalui tutorial Youtube doang? How it works? It is possible?
Statement
kalau orang terkaya kedua di Indonesia yang punya harta 117 Triliun namun hanya
lulusan SD juga ga make sense. Tidak semua orang punya kesempatan seperti itu
tanpa adanya faktor pendukung. Mungkin kita bisa berfikir disini bisa aja
“keberuntungan”. Tapi, jika kita membuka sedikit pikiran kita, memangnya orang
terkaya kedua itu mendapatkan hartanya hanya dengan pemikiran lulus SD nya
saja?
Dari
diskusi ini, saya berfikir kalau pentingnya kuliah itu tidak hanya terletak di
pemberian gelar atau pencapaian karir. Kuliah adalah salah satu sarana untuk
membentuk pola pikir kritis dan rasional. Investasi kita didalam hidup ini
bukan cuma mencari pekerjaan apa yang menghasilkan uang yang berlimpah, tapi
how to survive with your best mindset sampai pada akhirnya puncak ketenangan
sebagai manusia itu bisa dirasain.
Di
kampus, mahasiswa ngga hanya bertemu dengan buku, modul dan lainnya, tetapi
juga pengalaman kehidupan sehari-hari, entah itu dari interaksi sesama
mahasiswa, diskusi dengan dosen hingga masyarakat dari semua kalangan.
Mahasiswa punya kesempatan kaya gitu, lingkungannya mendukung untuk membentuk
karakter dimana ide-ide baru bakalan bermekaran dan muncul kolaborasi disana.
Kampus benar-benar bisa di manfaatkan untuk sarana eksplorasi minat dan
menemukan jati diri seseorang.
Selain
itu, mengaitkan dengan case bisa belajar apapun secara otodidak tadi, Saya rasa
yang kita usahakan itu bukan hanya membangun skill, tapi membuka pintu relasi
yang luas. Di kampus, mahasiswa setidaknya bertemu dengan orang-orang yang
beragam latar belakangnya. Ini gak cuma memperluas pandangan mahasiswa terhadap
dunia, tapi membuka peluang dan mindset baru setiap bertemu dengan orang lain.
Begitu banyak kesempatan yang bisa di bangun sehingga impactnya bisa dirasakan
di masa depan.
Selain
aspek-aspek diatas, pendidikan tinggi ini juga bisa memberikan kita
keterampilan yang mumpuni bagi kehidupan professional. Di setiap kelas yang
dilakukan mahasiswa setiap harinya, akan ada dimana mahasiswa belajar untuk
berfikir kirtis, solving the problem dan berlatih how to make an effective
communication with others. Mahasiswa juga ga jauh-jauh dari project penelitian
atau praktek yang berhubungan langsung dengan industry.
Namun,
penting untuk diingat bahwa nilai pendidikan tinggi itu tidak selalu bisa
diukur dari gaji pertama after graduate. Problem seperti ini yang mungkin bisa
kita lihat dari kebanyakan orang yang kontra banget dengan kuliah. Tidak
sedikit juga manfaat jangka panjang dari pendidikan tinggi ini baru bisa
dilihat dalam perkembangan karir dan kehidupan pribadi di masa depan. Memang
benar sih kalau ada juga orang-orang yang bisa sukses tanpa gelar, tetapi tidak
bisa di pungkiri kalau pendidikan tinggi itu jadi batu loncatan bagi seseorang
untuk mencapai potensi penuh didalam diri nya.
Sampai
disini saya ingin tau readers, Apakah pendidikan tinggi benar-benar definisi
“menganggur dengan gaya?” Semua tergantung perspektif dan experience masing
masing individu. Namun, ada satu point yang bisa kita simpulkan, kalau
pendidikan tinggi punya role yang jauh lebih besar daripada sekedar gelar.
Pendidikan tinggi bisa jadi landasan untuk pertumbuhan mindset, skill, dan
segala kesempatan.
Sumber : Folkshit
Penulis : Aisyah Syahadatul Adzkia
Editor : Farhan, Ghenan, Putri